Kamis, 24 Desember 2015

Pengertian Adab dan Macam - Macamnya

adab (ادب) dalam bahasa arab yang artinya budi pekerti, tata krama, atau sopan santun. arti adab secara keseluruhan yaitu segala bentuk sikap, prilaku atau tata cara hidup yang mencerminkan nilai sopan santun, kehalusan, kebaikan, budi pekerti atau akhlak. orang yang beradab adalah orang yang selalu menjalani hidupnya dengan aturan atau tata cara. Tidak ada bagian dari aktivitas kehidupannya terlepas dari tata cara (adab) yang diikutinya. Karena aktivitas hidup manusia bermacam-macam dan masing-masing membutuhkan tata cara, maka muncul pula berbagai macam adab. Macam - macam Adab antara lain :

1. Adab Berpakaian 
     Kita sebagai umat islam harus menggunakan pakaian menurut syari'at islam. Di dalam berpakaian, kita harus menutup      
  aurot. berpakaian bukan untuk mengikuti trend/ model2 yg terbaru melainkan mengikuti sesuai dengan apa yang   

  diajarkan  islam dalam berpakaian. Kita boleh berpakaian mengikuti trend untuk mengikuti perkembangan zaman asalkan 

  itu adalah  pakaian yang sesuai dengan syariat islam. Adab berpakaian menurut syariat islam diantaranya :

    - untuk anak perempuan  pakaian tidak ketat hingga membentuk bentuk/ lekuk tubuh. 
      “Rasulullah saw memberiku baju Qubthiyyah yang tebal (biasanya Qutbthiyyah itu tipis) yang merupakan baju  
         yang dihadiahkan Al-Kalbi kepada beliau. Baju itu pun aku pakaikan pada istriku. Nabi saw bertanya kepadaku        : “Mengapa kamu tidak mengenakan baju Qubthiiyah?” Aku menjawab: “Aku pakaikan baju itu pada istriku”
       Nabi saw lalu menjawab : “Perintahkan ia agar mengenakan baju dalam Qubthiyyah itu, karena aku khawatir
       baju itu masih menggambarkan bentuhk tulangnya.”
 (HR. Al-Baihaqi, Ahmad, Abu dawud dan Ad-Dhiya).
    - bagi anak perempuan, supaya menggunakan pakaian yang longgar.
    - menggunakan pakaian yang rapi, bersih, dan sekiranya nyaman untuk dipakai.

    - bagi perempuan tidak boleh menggunakan pakaian yang menyerupai pakaian laki-laki. dan sebaliknya, laki-laki tidak      

      boleh menggunakan pakaian yang menyerupai pakaian perempuan.

    - bagi anak laki-laki supaya tidak memanjangkan pakaian, baju, mantel dan lainnya melebihi mata kaki, walaupun tidak 

      berniat sombong.
      Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda:

“مَا أَسْفَلَ مِنَ الكَعْبَيْنِ مِنَ الإِزَارِ فَفِيْ النَّارِ”
           “(Kain) yang melebihi mata kaki tempatnya dineraka”. (HR. Bukhori: 5787)
“لَا يَنْظُرُ اللهُ يَوْمَ القِيَامَةِ إِلَى مَنْ جَرَّ إِزَارَهُ بَطَرًا”
           “Alloh tidak akan melihat orang yang memanjangkan bagian (melebihi mata kaki) karena sombong”. (HR.    
             Bukhori: 5788 dan Muslim: 48, 2087)
   - bagi wanita muslimah supaya memanjangkan pakaian hingga menutup kedua kakinya dan mengulurkan jilbab
      (kerudungnya) hingga menutupi kepala, tengkuk, leher, dan dadanya.
      Alloh Swt. berfirman:
    “Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin:    
    “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih
      mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Alloh adalah Maha Pengampun lagi Maha  
      Penyayang”.
 (QS. Al Ahzab [33]: 59)
   “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali
     kepada suami mereka, atau ayah mereka”.
 (QS. An Nuur [24]: 31)


   - Tidak meniru pakaian orang-orang musyrik, kafir dan golongan yang terlarang untuk diikutinya.

2. Adab Bepergian

           Bepergian dapat diartikan bepergian atau melakukan suatu perjalanan dalam jarak dekat maupun jarak jauh. Adab  
  dalam bepergian perlu kita perhatikan karena ini benar-benar penting. yang perlu diperhatikan
 dalam bepergian yaitu :
  - larangan seorang wanita bepergian yang jaraknya satu hari perjalanan tanpa didampingi seorang laki-laki      
     mahromnya.
 hal    tersebut juga sudah pernah disampaikan Nabi SAW.

   2898 – حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ قَالَ: حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا تُسَافِرُ الْمَرْأَةُ سَفَرَ
                                                             ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ، فَصَاعِدًا، إِلَّا مَعَ أَبِيهَا أَوْ أَخِيهَا، أَوِ ابْنِهَا، أَوْ زَوْجِهَا، أَوْ ذِي مَحْرَمٍ» __________ [حكم الألباني] صحيح

    … Abi Said meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda:”Tidak boleh seorang wanita bepergian selama tiga hari , atau  
   lebih, kecuali bersama ayahnya, atau saudara laki-lakinya, atau anaknya, atau suaminya atau mahromnya”.[Hadist Ibnu
   Majah No. 2898 Kitabu Manasik].
- Disunnahkan meminta izin kepada keluarga dan handai taulannya.
Saling memaafkan satu sama lain, sehingga tidak ada beban bagi yang hendak pergi maupun yang ditinggalkan
- Mempersiapkan bekal untuk perjalannya, dan mempersiapkan bekal kepada keluarga yang akan ditinggalkan.
- Memperbanya doa, karena doa yang bepergian sangat mustajab.
- Senantiasa menjaga dan melaksanakan segala kewajiban agama, khususnya shalat.
- Senantiasa bersabar dan berakhlak dengan akhlak yang baik.


3. Adab Bertamu
        Budaya saling mengunjungi atau bertamu, yang dikenal dengan isitilah silaturrahmi oleh kebanyakan masyarakat.
   Walaupun sesungguhnya istilah silaturrahmi itu lebih tepat (dalam syari’at) digunakan khusus untuk berkunjung/
   bertamu kepada sanak famili dalam rangka mempererat hubungan kekerabatan. 
berkunjung/bertamu merupakan salah satu
   sarana untuk saling mengenal dan mempererat tali persaudaraan terhadap sesama muslim.
         Allah berfirman: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan perempuan,
  dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku, supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang
  paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa.” (Al Hujurat: 13)

  Rasulullah bersabda:
إِذَا عَادَ الرَّجُلُ أَخَاهُ أَوْ زَارَهُ ، قَالَ اللهُ لَهُ : طِبْتَ وَطِابَ مَمْشَاكَ وَتَبَوَّأْتَ مَنْزِلاً فِي الْجَنَّةِ
 “Bila seseorang mengunjungi saudaranya, maka Allah berkata kepadanya: “Engkau dan perjalananmu itu adalah baik, dan  engkau telah menyiapkan suatu tempat tinggal di al jannah (surga).” (Shahih Al Adabul Mufrad no. 345, dari shahabat  
 Abu  Hurairah).
contoh Adab dalam bertamu :
- saat akan bertamu ke rumah orang lain, hal pertama sebelum kita berjumpa dengan tuan rumah adalah kita harus mengetuk   pintu terlebih dahulu.
- batas mengetuk pintu hanya 3 kali, jika sudah 3 kali saat kita mengetuk pintu namun tidak ada balasan, maka kita harus
   meniggalkan rumah tersebut.

   Islam membatasi kita hanya boleh mengetuk pintu rumah atau menekan bel 3 kali saat bertamu, jika tuan rumah tidak
   membukakan pintu maka ada 2 kemungkinan; 1) Tuan rumah tidak ada di rumah, atau 2) Tuan rumah tidak siap/suka
   menerima tamu. Jika telah mengetuk pintu rumah atau menekan bel 3 kali tuan rumah masih diam, maka harus
   meninggalkan rumah tersebut. hal ini dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW:

  “Dari Abu Sa’id Al Khudri berkata: “ketika saya berada dalam salah satu majlis orang-orang Anshar, tiba-tiba Abu Musa
  datang dengan wajah cemas, kemudian beliau berkata: ”Aku telah minta izin (bertamu) kepada Umar RA sampai tiga kali
  dan tidak ada jawaban darinya maka aku pun segera kembali pulang”, Abu Sa’id berkata: ‘apa yang menyebabkan anda
  kembali pulang?’ ,akupun(Abu Musa) berkata: ‘Aku telah minta izin sebanyak tiga kali dan tidak ada jawaban untukku
  maka aku pun kembali’, karena saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘jika diantara kalian meminta izin (bertamu)
  sebanyak tiga kali dan tidak ada jawaban baginya, hendaklah kembali pulang’. Abu Said berkata: ‘demi Allah, hendaklah
 anda memberikan dalil, apakah ada diantara kalian yang mendengar langsung dari Nabi SAW tentang itu? ’Ubay bin Ka’ab
  berkata: ‘Demi Allah, tidak ada yang mendengar hadits tersebut melainkan hanya sebagian kecil saja, dan saya termasuk
  bagian itu, kemudian aku pun mengabarkan kepada Umar RA bahwasannya Rasulullah SAW bersabda tentang itu’”. (HR.
  Bukhari)
- Mengucapkan salam.
                                              
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُوْا لَا تَدْخُلُوْا بُيُوْتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوْا وَتُسَلِّمُوْا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ * سورة النور أية ٢٧
  "Hai orang-orang yang beriman kalian jangan masuk rumah yang bukan rumahmu sehingga kamu terlebih dahulu  
  untuk minta idzin dan salam terlebih dahulu kepada pemilik rumah, Demikian itu lebih baik untuk kalian agar kalian   bisa ingat" ( QS. An Nur ayat 27 ).

    Bila sudah mengucapkan salam 3x dan tidak ada jawaban sebaiknya pergi  
Beri’tikad Yang Baik
  Di dalam bertamu hendaknya yang paling penting untuk diperhatikan adalah memilki i’tikad dan niat yang baik. Bermula   dari i’tikad dan niat yang baik ini akan mendorong kunjungan yang dilakukan itu senantiasa terwarnai dengan rasa      
  kesejukan dan kelembutan kepada pihak yang dikunjungi.  
Bahkan bila ia bertamu kepada saudaranya karena semata-mata
  rasa cinta karena Allah dan bukan untuk tujuan yang lainnya, niscaya Allah akan mencintainya sebagaimana ia mencintai
  saudaranya. Sebagaimana sabda rasulullah saw :
 مَدْرَحَتِهِ ، فَقَالَ : أَيْنَ تُرِيْدُ ؟ قَالَ : أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ. فَقَالَ : هَلْ لَهُ عَلَيْكَ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا ؟ لاَ قَالَ : أُحِبُّهُ فِي اللهِ. قَالَ : فَإِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكَ ، أَنَّ اللهَ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ
 “Ada seseorang yang berkunjung kepada saudaranya di dalam suatu kampung, maka Allah mengirim malaikat untuk  mengawasi arah perjalanannya. Ia (malaikat) bertanya kepadanya: “Mau kemana anda pergi? Ia menjawab: “Kepada  saudaraku yang ada di kampung ini. Malaikat berkata: “Apakah dia memiliki nikmat (rizki) yang akan diberikan kepada  engkau. Dia menjawab: “Tidak, semata-mata saya mencintainya karena Allah. Malaikat berkata: “Sesungguhnya saya  diutus oleh Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu.” (Shahih Al  Adabul Mufrad no. 350, Ash Shahihah no. 1044).
-  Tidak Memberatkan Bagi Tuan Rumah
    Hendaknya bagi seorang tamu berusaha untuk tidak membuat repot atau menyusahkan tuan rumah, sebagaimana yang  
    disabdakan oleh Rasulullah :
لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُقِيْمَ عِنْدَ أَخِيْهِ حَتَّى يُؤْثِمَهُ. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ وَكَيْفَ يُؤْثِمُهُ؟ قَالَ: يُقِيْمُ عِنْدَهُ وَلاَ شَيْءَ لَهُ يَقْرِيهِ بِهِ
  “Tidak halal bagi seorang muslim untuk tinggal di tempat saudaranya yang kemudian menyakitinya. Para shahabat  
  bertanya: “Bagaimana bisa dia menyakitinya?” Beliau menjawab: “Dia tinggal di tempat saudaranya, padahal saudaranya
  tersebut tidak memiliki sesuatu yang bisa disuguhkan kepadanya.” (HR. Muslim).
  Al Imam An Nawawi berkata: “Karena keberadaan si tamu yang lebih dari tiga hari itu bisa mengakibatkan tuan rumah
  terjatuh dalam perbuatan ghibah, atau berniat untuk menyakitinya atau berburuk prasangka (kecuali bila mendapat izin
  dari tuan rumah).” (Lihat Syarh Shahih Muslim 12/28).
- Memilih Waktu Berkunjung
  Hendaknya bagi orang yang ingin bertamu juga memperhatikan dengan cermat waktu yang tepat untuk bertamu. Karena  
  waktu yang kurang tepat terkadang bisa menimbulkan perasaan yang kurang baik dari tuan rumah bahkan tetangganya.
  Dikatakan oleh shahabat Anas :
كَانَ رَسُولُ اللهِ لاَ يَطْرُقُ أَهْلَهُ لَيْلاً وَكَانَ يَأْتِيْهِمْ غُدْوَةً أَوْ عَشِيَّةً
   “Rasulullah tidak pernah mengetuk pintu pada keluarganya pada waktu malam. Beliau biasanya datang kepada mereka  
     pada waktu pagi atau sore.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
           Demikianlah akhlak Nabi , beliau memilih waktu yang tepat untuk mengunjungi keluarganya, lalu bagaimana lagi jika
   beliau hendak bertamu/mengunjungi orang lain (shahabatnya)? Tentunya kita semua diperintahkan untuk meneladani
   beliau .
Tidak boleh mengintip atau melongok kedalam rumah, walaupun pintu atau jendela terbuka.
    حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ الزُّهْرِيُّ حَفِظْتُهُ كَمَا أَنَّكَ هَا هُنَا عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ اطَّلَعَ رَجُلٌ مِنْ جُحْرٍ فِيْ حُجَرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِدْرًى يَحُكُّ بِهِ رَأْسَهُ فَقَالَ لَوْ أَعْلَمُ أَنَّكَ تَنْظُرُ لَطَعَنْتُ بِهِ فِيْ
     عَيْنِكَ إِنَّمَا جُعِلَ اْلإِسْتِئْذَانُ مِنْ أَجْلِ الْبَصَرِ *
     (
     رواه صحيح البخاري في كتاب الإستئذا
    ن)
    Sahl berkata: Ada seorang laki-laki yang mengintip lubang kamarnya Nabi, dan saat itu Nabi membawa alat garuk kepala, Nabi bersabda: Jikalau aku tau kalau kamu ngintip, Niscaya aku pasti akan menusuk matamu, sesungguhnya Idzin diperintahkan karena pandangan mata agar tidak ngintip. ( HR. Shohih Al Bukhori ).


13 komentar:

  1. ass,,, bagus ,,izin copas ya gan

    BalasHapus
  2. Allohu yubaariku fiika khoiron. izinkan untuk istifadah dan mengkopi.....

    BalasHapus
  3. Izin copy ya min, untuk referensi makalah..
    Terimakasih

    BalasHapus
  4. Izin copy ya min, untuk referensi makalah..
    Terimakasih

    BalasHapus
  5. If you're trying to burn fat then you need to get on this brand new custom keto plan.

    To create this keto diet, licenced nutritionists, fitness trainers, and top chefs have joined together to develop keto meal plans that are useful, convenient, price-efficient, and enjoyable.

    From their launch in January 2019, 100's of individuals have already completely transformed their figure and well-being with the benefits a great keto plan can offer.

    Speaking of benefits: clicking this link, you'll discover eight scientifically-proven ones offered by the keto plan.

    BalasHapus